Jenuh
dari rutinitas sehari-hari, tiba-tiba melihat beberapa foto teman yang ikut
kelas inspirasi. Dalam sekejap langsung terinspirasi untuk ikut serta. Penasaran
yang mendalam akhirnya terjawab dengan baik dan benar karena saya tidak ragu
bertanya tentang kelas inspirasi kepada orang yang berpengalaman dan tepat.
Pertama mencoba untuk mendaftar menjadi inspirator di KI Jambi namun sepertinya
belum ditakdirkan untuk mengenal KI di sana. Tak putus asa mencari akhirnya
pilihan jatuh kepada Kelas Inspirasi Hulu Tengah Tengah (KI HST). Saat sedang
tidak sibuk, dapat pesan WA bahwa saya terpilih untuk menjadi fotografer dalam
KI HST. Saya langsung mengiyakan dan segera mencari tiket pesawat ke Kalimantan
Selatan (Bandara Syamsudin Noor). Btw, ini adalah pengalaman pertama saya ke Kalsel.
Hari
pertama tiba cukup pagi pukul 09.00 WITA karena saya ambil penerbangan paling
pagi. Sudah mengabarkan ke grup WA kalau sudah tiba di Banjarmasin yang
notabene bandaranya di Banjarbaru ternyata. Baru dijemput oleh supir PLN siang
hari maka saya putuskan untuk berjalan-jalan singkat ke Danau Seran dan Museum
Lambung Amangkurat. Pukul 14.00 WITA dijemput oleh Pak Eko supir PLN menuju
Barabai. Masih dalam keadaan bingung harus menginap di mana Jumat malam.
Akhirnya saya bertemu dengan Novita Anggraeni yang akrab dipanggil “GieGie” untuk
mampir ke rumah uwanya di Bulau Indah Barabai. Uwanya baik sekali justru
menawarkan saya untuk menginap di rumahnya. Alhamdulillah Allah Maha Baik
akhirnya membuka jalan kemudahan untuk saya.
Jumat
malam sebelum hari inspirasi tiba, saya dan tim berkumpul di R coffee untuk
berdiskusi dan menyiapkan semua keperluan (perlengkapan) yang dibutuhkan.
Bersama Kakak penanggung jawab KI SDN Baru (Husnul yang akrab disapa Adi) dan
inspirator lainnya seperti Kak Giegie, Kak Hafiz, Kak Pristiandi (Polisi yang
murah hati), Kak Fauzan & Istri (Kak Echi) membicarakan teknis acara dan
apa saja yang harus dilakukan. Semua terasa menyenangkan, walau sebelumnya tidak
ada gambaran sama sekali karena newbie (first time) setelah mengobrol baru
paham seperti apa esok di SDN Baru. Karena waktu sudah malam pukul 23.00 Wita
yang tentunya sudah membuat mata tidak sanggup melek lebih lama lagi karena
semalam hanya tidur 3 jam takut ketinggalan pesawat maka disepakati untuk
berkumpul di Lapangan Dwiwarna pukul 07.00 pagi.
Keesokan
harinya tepat pukul 07.00 sudah tiba di lapangan Dwiwarna, bersyukur karena
sudah banyak yang berkumpul. Setelah koordinasi sebentar, saya naik motor
dengan Giegie menuju SDN Baru yang tidak terlalu jauh dari lapangan itu. Senyum
rasanya tidak mau jauh-jauh dari saya, melihat anak-anak yang sudah ada di
sekolah dan sibuk dengan kegiatan masing-masing membuat saya takjub melihatnya.
Anak-anak sibuk membersihkan dan merapikan kelas masing-masing untuk menyambut
kami yang akan mengisi kelas inspirasi. Terharu, sambutan yang terasa hangat di
hati walau tanpa kata.
Semua
yang bertugas untuk merapikan perlengkapan seperti memasang sound system,
spanduk dan semua keperluan lainnya mulai bekerja. Setelah semua siap,
anak-anak diarahkan untuk berbaris ke lapangan. Diawali dengan menyanyikan lagu
Indonesia Raya yang membuat saya terharu namun tersenyum kecut karena mereka
melafalkan “Endonesia” bukan “Indonesia”. Setelah dikoreksi, akhirnya mereka
mengubah lirik menjadi sebagaimana mestinya. Akhirnya senyum terharu mulai
terbit kembali. Dilanjutkan dengan sambutan dari pihak sekolah dan KI, semua
berjalan dengan lancar. Akhirnya yang ditunggu anak-anak berupa acara hiburan
yaitu bernyanyi dan menari dimulai. Lagu “baby shark”, tepuk “semangat” dan
tepuk “superman” membuat suasana sekolah gegap gempita. Tarian “baby shark”
menjadi momen favorit saya karena melihat gerakan anak-anak yang menggemaskan.
Setelah
hiburan selesai, waktu untuk memberikan kelas inspirasi dimulai. Semua bersiap
untuk memasuki kelas yang telah disepakati. Saya sebagai fotografer yang sudah
berbagi tugas dengan Kak Hafiz maka disepakati bahwa saya akan
mendokumentasikan kelas 1 hingga 3 dan Kak Hafiz kelas 4 hingga 6. Saya
bersemangat untuk berpindah-berpindah ke kelas-kelas itu. Tersenyum melihat
tingkah-tingkah mereka dan terpesona dengan beberapa anak yang memang lucu. Ada
seorang anak yang kalau tidak salah kelas 2, dia bilang mau membahagiakan
Indonesia. Saya langsung terkesima dan saling bertukar pandang dengan Ms Dayu.
Wow! Bagaimana caranya? Si anak yang ditanya seperti itu hanya tersenyum dan
menggeleng karena tidak tahu caranya.
Sebuah
kalimat yang filosofis “Ingin membahagiakan Indonesia” sungguh membuat tertegun
dan bertanya dalam hati “Sudah ngapain aja untuk bahagiain Indonesia?” Ah
semoga ikut KI ini termasuk salah satu cara untuk membahagiakan Indonesia.
Setelah itu saya memotret dan sesekali membuat video ketiga kelas tersebut. Saya
tersenyum miris ternyata banyak juga anak yang tidak tahu alat musik khas
daerahnya. Kak Giegie yang kebetulan seorang guru seni budaya, bertanya “apa
alat musik khas Kalimantan Selatan?” Semua terdiam. Barulah “Kak Giegie memberi
tahu tentang panting dan beberapa alat musik lainnya yang saya lupa namanya”.
Lalu aku berbisik dengan Kak Giegie, lebih baik digambar seperti apa bentuk
alat musiknya. Setelah digambar baru anak-anak tahu seperti apa alat musiknya.
Semua anak di kelas itu diwajibkan untuk menggambar agar mereka tidak lupa alat
musik yang sudah diajarkan.
Ada
seorang anak cantik yang cita-citanya membuat saya terpesona. Dia ingin menjadi
Qori karena suka membaca Al Quran. Bagai tertampar, saya masih sering
melewatkan hari tanpa membaca Quran. Anak itu bilang suka sekali dengan
lantunan quran maka ingin membacanya supaya banyak orang yang mendengarkan. Aku
mendoakan dengan sepenuh hati semoga cita-citanya benar-benar terwujud dan
tidak ada perubahan kelak saat ia besar. Pada sesi keempat sebelumnya saya
merangkap menjadi dokumentator di kelas 1 hingga 6 karena Kak Hafiz juga dapat
tugas menjadi inspirator di kelas 6.
Anak yang sadar kamera yg mau jadi qori, masya Allah :D |
Saya
sibuk berpindah ke semua kelas tetapi senang karena bisa mengenal kelas 4, 5,
dan 6. Karena sudah lebih besar maka mereka memang sudah lebih mudah diatur dan
lebih bersahabat. Semua terlihat antusias mungkin karena semua inspirator
memang bersemangat dan tulus untuk mengisi kelas. Segala sesuatu yang dilakukan
dengan hati pasti akan sampai ke hati yang menerimanya. Pada sesi kelima tibalah giliran saya untuk
menjadi inspirator walau hanya 1 kelas yaitu kelas 3 karena menggantikan
seorang inspirator yang batal datang. Lalu apa yang terjadi? Ternyata tidak ada
yang tahu sama sekali tentang penulis. Mereka hanya tahu menulis itu di buku
kalau sedang belajar di kelas.
Saya
menjelaskan dengan perlahan dan pasti kepada mereka. Antusiasme mereka tidak
luntur, untuk lebih dekat dan tahu lebih dalam tentang mereka maka saya dekati
semua anak satu persatu. Banyak hal yang saya peroleh dari mereka. Saya ajak
mereka untuk berkenalan dan menceritakan tentang cita-cita mereka. Voila,
hampir semua anak bercita-cita menjadi polisi. Seperti 3 polwan dan 1 pakpol
(Pak Pristiandi) berhasil menghipnotis anak-anak untuk menjadi seperti mereka.
Saya bertanya “kenapa banyak yang ingin menjadi polisi? Apakah banyak maling
atau orang jahat di sini?” Mereka jawab, “tidak Kak Cuma waktu itu pernah ada
yang kehilangan karet di kebunnya jadi tidak boleh terjadi hal yang sama.”
Setelah itu ada 1 anak yang cita-citanya unik yaitu menjadi pemadam
kebakaran. Setelah ditanya alasannya,
katanya sebulan yang lalu ada kebakaran hutan akibat gas meledak maka ia mau
jadi pemadam kebakaran. Jadi saya menyimpulkan, cita-cita mereka masih bersifat
aktual. Cita-cita mereka disesuaikan dengan keadaan terkini yang terjadi di
sekitar mereka.
Doaku
yang pasti untuk mereka supaya menjadi apapun di masa depan itu akan menjadikan
mereka orang yang cinta kepada negerinya. Sehebat apapun tidak akan lupa di
mana dia berasal layaknya kacang yang tidak pernah lupa kulitnya. Setelah semua
sesi selesai, penutupan dilakukan dan ucapan terima kasih dari kedua belah
pihak. Berfoto bersama untuk kenangan, bernyanyi sebagai prosesi penutupan, dan
semua selesai dengan indah. Semua benar-benar mengena di hati dan tidak akan
terlupa sedikit pun. Saya dengan bangga dan bahagia mempersembahkan tulisan ini
sebagai kenang-kenangan yang tidak akan terlupakan.
Sekelumit kisah yang menginspirasi saya saat ikut kelas inspirasi sehingga harus diabadikan. Semoga tulisan ini masuk dalam buku cerita kelas inspirasi HST ya.
Sehari mengajar, seumur hidup menginspirasi !
Komentar
Posting Komentar