Aku
cinta Rupiah, biar dolar di mana-mana”, penggalan lirik lagu anak-anak yang
pernah dipopulerkan oleh Tina Toon memang benar adanya. Rasa cinta kepada
rupiah sebaiknya diterapkan dengan cara merawatnya. Rupiah terutama dalam
bentuk uang kertas harus dijaga bentuknya seperti mata uang lainnya terutama US
Dollar yang bisa berkurang harganya jika lecek atau terlipat. Namun apa yang
terjadi dengan kondisi uang kertas rupiah yang ada di tangan masyarakat?
Sebagian besar sudah lusuh, lecek, warnanya memudar karena perlakuan yang tidak
baik. Masyarakat sering menaruh rupiah dalam keadaan terlipat-lipat hingga
kecil baik di dalam dompet maupun di dalam saku. Sungguh menyedihkan melihat
kondisi uang kertas rupiah namun yang anehnya di Indonesia tetap saja laku
karena masyarakat menerimanya dengan biasa saja.
Rupiah sebagai mata uang tunggal Indonesia tentu dicintai oleh rakyat Indonesia. Tidak seperti negara lain yang memakai US Dollar untuk transaksi tertentu, namun Indonesia tetap bangga dengan rupiah bahkan jika rate atau harga dalam USD maka harus dikonversi ke Rupiah. Masyarakat Indonesia sebagian besar hanya bertransaksi dengan rupiah sehingga mereka lebih memilih untuk mendapatkan rupiah daripada mata uang lainnya. Memakai rupiah setiap hari menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia sehingga rasa cinta itu tumbuh dengan sendirinya. Rupiah memiliki 2 bentuk yaitu kertas dan logam. Pada uang kertas rupiah selalu menampilkan wajah para pahlawan agar bangsa Indonesia selalu mengingat jasa para pahlawan yang telah tiada. Sedangkan uang logam biasanya menampilkan simbol-simbol terkait Indonesia seperti pada uang logam 100 rupiah ada gambar kakatua raja.
Begitu lekatnya kehidupan masyarakat Indonesia dengan rupiah, saat berada di luar negeri merasa aneh atau canggung karena harus selalu mengkonversi nilai ke rupiah. Terkadang merasa tidak nyaman karena nilai tukar rupiah yang fluktuatif sehingga saat harus menukar ke mata uang lain terutama dollar USA pasti merasa rugi jika hari berikutnya ternyata nilainya lebih murah. Cinta masyarakat Indonesia kepada rupiah tercipta karena terbiasa. Sedari kecil hingga tua sehari-hari memakai rupiah untuk berbagai transaksi sehingga mau tidak mau rasa cinta itu tumbuh dengan sendirinya. Kebiasaan itulah yang membuat rasa cinta tidak diwujudkan dalam perilaku. Manusia di saat jatuh cinta dengan lawan jenis pasti ingin memperlakukan orang itu dengan sebaik-sebaiknya. Namun apa yang terjadi dengan rupiah? Cinta yang tercipta karena kebiasaan itu tidak terwujud dalam perlakuan sehari-hari. Masyarakat Indonesia umumnya senang mengikuti perkembangan atau trend. Sementara trend yang terjadi pada masyarakat terhadap rupiah adalah memperlakukan rupiah sesuka hati tanpa perlakuan istimewa.
Masyarakat
terbiasa memperlakukan uang kertas rupiah dengan buruk seperti melipat atau
memegangnya tanpa perasaan sehingga keadaan uang kertas rupiah menjadi sangat
menyedihkan. Sebagai generasi muda seharusnya tidak usah mengikuti kebiasaan
lama generasi tua. Generasi muda harus tampil beda dengan kebiasaan yang lebih
baik dalam memelihara rupiah. Anggaplah perilaku generasi tua sebagai trend
yang sudah kadaluarsa sehingga sudah tidak berlaku lagi pada masa kini.
Kebiasaan melipat dan kegiatan merusak uang lainnya harus ditinggalkan.
Pakailah dompet yang panjang sehingga badan uang kertas bisa masuk secara
keseluruhan ke dalam dompet tanpa terlipat sedikit pun.
Pakailah dompet dengan bentuk memanjang agar uang tidak terlipat |
Kebiasaan
buruk lainnya yaitu saat tangan kotor sebaiknya tidak memegang uang karena uang
akan menjadi kotor dan lusuh. Walaupun uang sudah berpindah tangan ke berbagai
orang dan tentunya banyak kuman namun kita harus menjadi pengguna yang bijaksana.
Bersihkan tangan terlebih dahulu agar uang tidak kotor atau lusuh apalagi
berbau sehingga uang kertas rupiah akan menjadi lebih enak dipandang mata. Generasi
muda yang dikenal dengan istilah “kids zaman now” harus membuat perubahan ke
arah yang lebih baik. Perlakukan rupiah dengan baik agar mata uang Indonesia
lebih bermartabat. Di Indonesia negara asalnya saja tidak dihormati oleh
masyarakatnya, apalagi di luar negeri pasti rupiah tidak akan ternilai.
Terlepas
dari nilainya fluktuatif atau tidak stabil dan cenderung rendah jika
dibandingkan dengan kurs USD, namun kita tetap harus mencintai rupiah tanpa
syarat. Seperti mencintai manusia, kita harus mencintainya dengan ikhlas apa
adanya tanpa memperhatikan kekurangannya maka begitu pula dengan rupiah.
Cintailah mata uang kita seutuhnya tanpa perlu melihat kekurangannya karena
tidak akan ada habisnya. Walau uang
adalah benda mati namun kita tetap harus menjaga dan merawatnya. Mata uang
tunggal Indonesia yang menjadi lambang kebanggaan bangsa dan negara harus
terpelihara.
Pecahan
uang Rupiah baik kertas maupun logam sudah sering berganti rupa. Pecahan uang
terbaru adalah Uang Pecahan Rupiah Emisi 2016. Cukup banyak perubahan yang
terjadi pada uang berbagai nominal Rupiah ini. Ada yang bilang sekilas mirip
mata uang China (Yuan) namun terlepas dari tanggapan masyarakat seperti apa,
Rupiah akan tetap eksis dan digunakan. Untuk itu generasi muda yang pasti sudah
tahu tentang uang Rupiah yang baru ini harus menjaganya. Selagi masih dalam
proses pencetakan agar semakin banyak jumlahnya di masyarakat maka dari
sekarang harus dijaga fisik uangnya agar tidak cepat rusak.
Sepertinya
yang terjadi di masyarakat, uang baru sekalipun sudah banyak yang rusak dan
cacat karena tidak dirawat. Banyak yang sudah lecek, usang, bahkan ada yang
sudah robek. Sungguh menyedihkan! Coba bandingkan Rupiah dengan USD maka uang
USD sangat mulus sedangkan Rupiah sudah banyak yang lecek. Mari kita sadarkan diri bahwa uang Rupiah ini
berharga sehingga fisiknya harus tetap utuh dan mulus. Kita kan yang memiliki
dan memakai Rupiah maka kita yang harus menjaganya. Kalau bukan kita lalu siapa
lagi?
Yuk cintai Rupiah :D
Komentar
Posting Komentar